Maka ni'mat Rabb-mu yang manakah yang engkau dustakan ?

Maka ni'mat Rabb-mu yang manakah yang engkau dustakan ?

Saturday, December 18, 2010

Bukan Game "Age of Empires versi Turkey"

Jalan Panjang Meraih Impian
Kisah Sultan Muhammad II Al Fatih Dan Penaklukan Konstantinopel
Oleh: Rahman Hakim

Utusan tuhan bersabda…
Kabarkan suatu ketika…
Derapan kuda kan tiba…
Taklukkan kota di Roma…
Rajanya adalah sebaik-baik raja…
Dan tentaranya adalah sebaik-baik tentara…


Prolog 
لتفتحن القسطنطينية فلنعم الامير اميرها و لنعم الجيش ذلك الجيش
“Konstantinopel pasti akan ditaklukkan. Rajanya adalah sebaik-baik raja dan tentaranya adalah sebaik-baik tentara”, sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapan para Shahabatnya empat belas abad yang lalu. Delapan abad setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata demikian, apa yang beliau kabarkan benar-benar terjadi. Benteng Konstantinopel yang terkenal kuat dan tangguh itu, akhirnya takluk di tangan kaum muslimin. Para Ulama’, di antaranya Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan, “Di antara Dalaa’il Nubuwwah atau tanda-tanda kenabian Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallamadalah sabda beliau yang menceritakan kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa depan.”

Pujian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada raja dan tentara yang berhasil menaklukkan Konstantinopel, benar-benar melecut semangat jihad para pemimpin serta mujahidin yang hidup setelah beliau. Berkali-kali usaha ini dilancarkan, di antaranya: upaya penaklukan benteng Konstantinopel yang di lancarkan di zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan di bawah komando anaknya Yazid. Turut serta dalam pasukan ini Abu Ayyub al-Anshari, seorang shahabat Rasulullah yang pemberani. Namun usaha ini menemui kegagalan. Abu Ayyub al-Anshari akhirnya gugur ketika mengikuti pertempuran ini. Sebelum beliau wafat, beliau sempat berpesan kepada panglima Bani Umayyah; jika ia wafat, ia ingin sekali dikuburkan di bawah tembok benteng Konstantinopel. Pasukan muslimin pun menjalankan wasiat beliau; mereka menyerbu musuh sambil membawa jasad Abu Ayyub al-Anshari, hingga ketika mereka sampai ke tembok benteng Konstantinopel, para mujahidin menggali lobang, dan menguburkan beliau di situ, sesuai permintaan terakhir beliau.
Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khalifah Umayyah. Di zaman Khalifah Abbasiyyah, misi yang sama juga di lakukan namun belum menuai kesuksesan, termasuk di zaman Khalifah Harun Arrasyid (1). Setelah kejatuhan Baghdad 656 H, usaha menawan (2) Konstantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur terutama kerajaan Seljuk. Pemimpinnya Alp Arselan Arslan berhasil mengalahkan Kaisar Roma yang dipimpin oleh Dimonus, pada tahun 463 H. Akibatnya sebagian besar wilayah kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk. Beberapa usaha untuk menaklukkan Konstantinopel juga dilakukan oleh para pemimpin Daulah Utsmaniyyah. Sultan Murad II juga pernah melakukan beberapa kali pengepungan ke benteng tersebut, namun belum menuai hasil. Hingga akhirnya Allah subhanahu wa ta'ala mewujudkan impian kaum muslimin untuk menaklukkan benteng tersebut melalui tangan pemimpin ke-7 Daulah Utsmaniyyah yang terkenal akan kesalehan dan ketakwaannya kepada Allah.  Dikisahkan bahwa tentaranya tidak pernah meninggalkan shalat wajib sejak baligh dan separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak baligh. Sang Sultan sendiri tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajjud dan rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.
Di samping ketakwaan Sultan dan tentaranya kepada Allah, mereka memiliki semangat jihad yang tinggi, pantang menyerah, dan tidak takut mati. Mereka juga berhasil memainkan taktik perang yang luar biasa. Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, Sultan dan pasukannya bisa membuat kapal-kapal laut berjalan di atas daratan. Rute darat yang dilalui kapal-kapal Turki bukanlah rute yang mudah. Selain harus melewati jalan yang terjal, jarak yang harus ditempuh pun tidak pendek.  Bagaimana ceritanya, dan siapakah sosok sang Sultan sendiri? Selamat membaca!

Biografi Singkat Sang Penakluk Benteng Konstantinopel
Sultan Muhammad Tsaniy atau yang lebih dikenal dengan Sultan Muhammad Al Fatih, dilahirkan pada tanggal 26 Rajab tahun 833 H, bertepatan dengan tanggal 20 April 1429 M. Beliau menghabiskan masa kecilnya di kota Adrenah. Ayah beliau, betul-betul mendidik beliau agar menjadi seorang pemimpin kuat lagi saleh. Sultan Murad II melatih dan mendidik anaknya itu dari segala segi. Dalam bidang kesatriaan, beliau dilatih seni berpedang, memanah, dan keterampilan mengendarai kuda. Tidak kalah penting, dalam bidang keagamaan, Ayah beliau mendatangkan beberapa Ulama’ pilihan di zamannya untuk mendidik agama beliau, di antaranya adalah Syekh Ahmad bin Ismail Al-Kuroniy, seorang pakar fikih yang juga memiliki pengetahuan yang dalam dalam di bidang ilmu Nahwu, Ma’ani, dan Bayan. Beliau adalah seorang ulama’ yang diakui keilmuannya oleh para ulama’ lainnya yang hidup di masanya. Bahkan Muhammad al-Fatih menyebutnya sebagai “Abu Hanifah zamannya”.
                Di samping itu, Muhammad al-fatih juga mewarisi sikap pemberani dan tidak mudah putus asa dari ayahnya. Beliau mempelajari ilmu perang, strategi pertempuran, teknik mengepung kota dan beberapa wawasan kemiliteran lainnya. Muhammad al-Fatih juga gemar mempelajari sejarah Islam mulai dari zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga zaman beliau hidup saat itu, kisah sejarah yang dipenuhi kisah-kisah kepahlawanan dan kesatriaan para pahlawan Islam.  Hal-hal yang kelak mendukung langkah beliau dalam pertempuran untuk menaklukkan benteng Konstantinopel.
                Muhammad al-Fatih pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang perkasa dan saleh di bawah didikan ayah dan guru-gurunya. Tinggi badannya sedang-sedang saja, namun anggota tubuh beliau menceritakan keperkasaannya. Muhammad al-Fatih sangat mahir mengendarai kuda dan pandai memainkan senjata. Beliau dikenal sebagai sosok yang pemberani, adil dalam memutuskan perkara, dalam pengetahuan agama dan sastranya, zuhud lagi wara’ terhadap dunia, serta memiliki pandangan ke depan yang tajam. Sang penakluk Konstantinopel ini juga sangat rajin beribadah. Beliau jarang sekali shalat kecuali di Masjid Jami’ (3). Beliau juga dikenal sebagai penguasa yang dekat dengan Ulama’.
                Semenjak kecil, Sultan Muhammad telah mengamati upaya-upaya ayahnya, Sultan Murad II, untuk menaklukkan Konstantinopel. Beliau juga mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat dalam dirinya untuk meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta -pada usia yang sangat muda- menggantikan ayahnya pada tahun 855 H, beliau mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menaklukkan Konstantinopel.

Benteng Konstantinopel
                Konstantinopel, adalah salah satu bandar terkenal di dunia. Semenjak kota ini didirikan oleh maharaja Bizantium yakni Constantine I, ia sudah menyita perhatian masyarakat dunia saat itu; selain karena faktor wilayahnya yang luas, besar bangunannya, kemegahan dan keindahan arsitekturnya, Konstantinopel juga memiliki kedudukan yang strategis. Hal ini yang membuatnya juga mempunyai tempat istimewa ketika umat Islam memulai perkembangannya di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam, seperti dinyatakan oleh beliau dalam hadistnya.
                Dibalik kemegahan Kota ini, Konstantinopel juga dikenal memiliki pertahanan militer yang terkenal kuat. Benteng raksasa yang berdiri kokoh, disertai para prajurit yang siap dengan berbagai macam senjatanya, selalu siap menyambut setiap pasukan yang hendak menyerang benteng ini. Tidak ketinggalan, galian parit yang besar membentang mengitari benteng ini, semakin menambah kesan bahwa kota ini mustahil ditaklukkan. Cukuplah kegagalan-kegagalan ekspedisi jihad umat Islam sebelumnya untuk menguasai kota ini, sebagai bukti akan ketangguhan pertahanannya.
                Namun semua ini tidak membuat semangat Sultan Muhammad Tsaniy menjadi surut. Beliau yakin mampu mewujudkan impian umat Islam untuk menaklukkan benteng itu. Selain berbekal doa dan tawakkal kepada Allah, beliau juga menyiapkan taktik-taktik pertempuran yang matang disertai angkatan perang dalam jumlah besar untuk menaklukkan Konstantinpel.  
Perjalanan Menuju Penaklukkan Benteng Konstantinopel
1.       Persiapan perang kedua belah pihak.

                Sebagai langkah awal untuk mewujudkan impian ini, Sultan Muhammad Tsaniy terlebih dahulu mengumumkan  memberikan pengumuman perang terhadap Konstantinopel. Kemudian pemimpin ke-7 Daulah Utsmaniyah ini datang mengepung benteng Konstantinopel bersama 50.000 pasukannya. Setelah mengepung selama tiga hari, Sultan Muhammad kemudian menarik kembali pasukannya pulang.

Selama pengepungan yang berlangsung selama tiga hari ini memang tidak terjadi kontak senjata di antara kedua belah pihak. Namun tujuan utama Sultan Muhammad al-Fatih mengadakan pengepungan ini bukan untuk menjebol benteng Konstantinopel seketika itu juga, tetapi lebih ditujukan untuk mengenal lebih jauh kondisi benteng Konstantinopel dari jarak dekat; bagaimana struktur militer dan menara-menara pertahanan yang mengitari benteng tersebut. Sehingga ke depan bisa diambil strategi yang tepat untuk menaklukkan kota bandar ini.

                Penguasa Konstantinopel langsung memerintahkan bawahannya untuk menangkapi setiap orang Turki yang ada di kotanya, sebagai balasan atas pernyataan perang Sultan Muhammad. Sadar bahwa Sultan Muhammad al-Fatih semakin berhasrat untuk menyerang mereka, tentara Konstantinopel semakin memperkuat pertahanan benteng mereka; orang-orang Konstantinopel merenovasi tembok benteng mereka yang rusak akibat di makan usia dan bekas serangan-serangan yang pernah di lancarkan sebelumnya. Selain menyiapkan peralatan perang mereka, para penguasa Konstantinopel juga mengirim utusan ke Eropa untuk meminta bantuan kepada sekutu-sekutu mereka yang ada di sana.

                Para sekutu di Eropa pun menjawab permintaan rekan-rekan mereka di Konstantinopel dengan mengirimkan beberapa kapal yang berisi bala bantuan untuk mereka. Pakar strategi perang juga turut mereka sertakan dalam rombongan tersebut untuk memperkuat pertahanan benteng Konstantinopel dari gempuran musuh yang sewaktu-waktu hendak menyerang mereka.

                Segera setelah sampai di Konstantinopel, pakar strategi perang yang dikirimkan Eropa segera melaksanakan tugasnya. Mereka siap melindungi Konstantinopel hingga titik darah penghabisan. Selanjutnya penguasa Konstantinopel memerintahkan peletakan rantai besi yang kuat di daerah teluk. Rantai besi ini akan ditarik hingga ke permukaan air jika ada kapal yang hendak masuk tanpa seizin mereka. Hal ini menyebabkan mereka memiliki kuasa penuh untuk mengendalikan lewatnya kapal-kapal yang ingin memasuki wilayah mereka dan mencegah armada laut Daulah Utsmaniyah yang mencoba mendekati Konstantinopel dari arah teluk.

2.       Midfa’ Sulthoniy, meriam raksasa penggetar Konstantinopel.

                Persiapan Sultan Muhammad al-Fatih juga tidak kalah matang dari musuhnya untuk menggempur mereka. Sultan mengambil tindakan untuk menguasai semua perkampungan yang ada di sekitar benteng Konstantinopel. Hal ini berakibat putusnya jalur komunikasi antara Konstantinopel dengan Negara-negara lain. Selain itu, semangat jihad para pasukan Sultan juga semakin menggelora. Mereka ingin segera berperang untuk meninggikan agama Islam, meraih syahid di jalan Allah, serta pahala yang besar dari sang pencipta. Para Ulama’ juga tidak ketinggalan berada di tengah-tengah pasukan untuk membakar semangat jihad mereka. 

                Di tengah upaya Sultan Muhammad al-Fatih mematangkan persiapan pasukannya untuk berperang, secara tidak disangka-sangka datang seorang ahli pembuat meriam dari kota Konstantinopel menawarkan jasa keahliannya membuat meriam kepada Sultan Muhammad al-Fatih. Sebelumnya lelaki ini pernah bekerja untuk Konstantinopel. Namun karena penguasa Konstantinopel tidak kunjung membayar upah yang telah dijanjikan sebelumnya kepadanya, ia akhirnya membelot dan menawarkan jasanya kepada Sultan. Bak mendapat durian runtuh, Sultan Muhammad langsung menyambut tawaran emas dari sang ahli pembuat meriam ini. Sultan memberinya banyak harta dan fasilitas lengkap kepadanya untuk segera memulai pekerjaannya. Proyek besar ini sendiri dibantu oleh para arsitek senjata asal Turki dan pengawasannya dibawahi langsung oleh Sultan sendiri.

                Selang tiga bulan kemudian, ahli pembuat meriam ini sukses menyelesaikan penggarapan sejumlah meriam untuk memperkuat pasukan militer Sultan. Di antaranya terdapat sebuah meriam raksasa yang belum pernah dibuat sebelumnya di muka bumi ini. Beratnya sekitar tujuh ratus ton. Peluru meriamnya juga memiliki ukuran yang sangat besar. Diperlukan seratus ekor kerbau ditambah seratus orang laki-laki yang kuat untuk menarik atau memindahkan meriam ini dari satu tempat ke yang tempat lain. Meriam ini akhirnya kondang dengan namaMidfa’ Sulthoniy atau meriam sang Sultan.

                Sebelum uji coba meriam raksasa ini dilangsungkan, Sultan terlebih dahulu memperingatkan warganya agar tidak terkejut dengan kerasnya suara tembakannya. Ketika diuji coba, suara dentumannya terdengar hingga jarak tiga belas mil jauhnya. Peluru meriam tersebut akhirnya jatuh dan membuat lubang sedalam enam kaki. Sungguh luar biasa! Sultan gembira sekali setelah mengetahui hasil yang memuaskan dari uji coba meriam ini. Kemampuan meriam ini semakin menambah rasa percaya diri Sultan Muhammad Tsaniy dan pasukannya untuk menaklukkan benteng Konstantinopel. Sultan juga tidak lupa memberi bonus kepada sang ahli atas jerih payahnya yang telah mengarsiteki pembuatan meriam raksasa ini.

3.       Awal pengepungan.

                Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya Sultan Muhammad al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada bulan April 1453 M bersama 250.000 orang lebih tentaranya. Kemudian Sultan bersama dengan para staf militernya menyusun strategi perang untuk menggempur benteng Konstantinopel; Pasukan infanteri, kavaleri, dan artileri diperintahkan untuk mengambil posisinya masing-masing. Pasukan regular dan beberapa regu khusus bersama dengan pasukan non-reguler mengemban tugas utama untuk mengepung benteng sekaligus menyerangnya. Ada juga pasukan yang disiapkan Sultan untuk menggempur benteng dari arah pintu Rumanus –sisi ini adalah daerah yang paling lemah pertahanannya-, kelompok ini bertugas membantu penyerangan pasukan utama sekaligus mendobrak benteng dari sisi ini. Armada laut Sultan juga tidak ketinggalan ambil bagian dari pengepungan ini; tiga ratus kapal perang -baik yang berukuran kecil hingga yang besar- juga turut mengepung Konstantinopel dari arah laut. Selain itu, Armada laut Sultan juga bertugas; mencegah bala bantuan yang mungkin datang dari arah laut menuju Konstantinopel, menyerang kapal-kapal musuh yang menjaga teluk, menghancurkan rantai besi yang diletakkan tentara Konstantinopel di teluk yang telah membuat kapal-kapal Sultan tidak bisa memasuki teluk karena terhalang olehnya.

                Setelah semua pasukan mengambil posisinya, Sultan mengirim pesan kepada penguasa Konstantinopel agar mau menyerahkan kota secara baik-baik kepada kaum muslimin. Jika hal itu dilakukan, Sultan berjanji untuk memperlakukan masyarakat Konstantinopel dengan baik dan menjamin keselamatan jiwa, harta, serta kebebasan beragama mereka. Namun tawaran Sultan ini ditolak mentah-mentah oleh pemimpin Konstantinopel. Mereka merasa yakin akan kekuatan pertahanan benteng mereka serta bala bantuan dari para sekutu.

4.       Gambaran benteng pertahanan.

Jika dilihat dari udara, benteng yang mengitari Konstantinopel memiliki bentuk seperti segitiga. Salah satu sisinya menghadap laut Marmaroh, sisi yang satunya lagi menghadap ke teluk, dan sisi yang terakhir menghadap ke daratan yang mengarah ke Eropa –di sisi inilah pasukan utama Sultan berada-. Benteng ini dikelilingi oleh parit selebar enam puluh kaki untuk merintangi gerakan musuh yang berusaha mendekat. Benteng ini memiliki beberapa pintu, antara lain:
-          Pintu Adrenah
-          Pintu Midfa’ (disebut juga dengan nama pintu Rumanus)
-          Pintu Askariy

                Untuk menerobos benteng ini, Sultan Muhammad al-Fatih membagi posisi pasukannya sebagai berikut:
Regu pertama:
Maymanah : Terdiri dari pasukan Anadhol yang dikomandoi oleh Ishaq Pasya dan Mahmud Bek. Pasukan ini mengambil posisi berhadapan dengan pintu Midfa’.
Regu kedua:
Maysaroh : Terdiri dari beberapa pasukan yang dipimpin Qurjah Pasya. Pasukan ini mengambil posisi yang berhadapan dengan pintu Adrenah.
Regu ketiga:
Qolb : terdiri dari pasukan utama dan pasukan pilihan yang dipimpin sendiri oleh Sultan Muhammad al-Fatih. Posisi pasukan ini berhadapan dengan pintu Midfa’. Dan di belakang posisi pasukan inilah Sultan mendirikan kemah yang berfungsi sebagai pusat komando jalannya pertempuran pasukan beliau. (4)

5.       Jalannya pertempuran.

Raja Konstantinopel mengirimkan utusannya untuk menyampaikan pesan kepada Sultan Muhammad agar mau mengurungkan niatnya menyerang Konstantinopel, tetapi Sultan malah balik berkata kepada utusan raja Konstantinopel: “Katakan kepada rajamu, agar mau menyerahkan Konstantinopel secara baik-baik kepadaku. Saya berjanji bahwa pasukan saya tidak akan mengganggu jiwa, harta, dan kehormatan seorang pun yang ada di dalam kota…”. Setelah mendengar pesan balasan dari Sultan, maka raja Konstantinopel semakin yakin kalau perang tidak dapat dihindari lagi. Pintu-pintu masuk ke kota Konstantinopel segera ditutup rapat dan para prajurit Konstantinopel bersiap-siap menghadapi serangan.
                Meriam-meriam pasukan Turki segera menyalak dan memuntahkan serangannya yang menakutkan ke arah Konstantinopel begitu turun perintah serangan dari Sultan. Meriam-meriam ini terus menerus menembakkan pelurunya siang dan malam tanpa henti. Suara dentumannya yang mengenai dinding-dinding benteng terdengar begitu menakutkan, terutama di waktu malam. Hati penduduk Konstantinopel pun dipenuhi rasa takut dan kengerian yang luar biasa begitu mendengar suara ledakannya yang sangat keras. Masyarakat Konstantinopel hanya bisa berdiam diri tanpa tahu apa yang harus mereka perbuat menyaksikan hal itu. Mereka juga tidak mengira sebelumnya bahwa ada meriam di atas muka bumi ini yang mempunyai kemampuan seperti yang dimiliki oleh Sultan Muhammad Tsaniy. Kedua belah pihak, baik pasukan Turki maupun pasukan Konstantinopel bertempur mati-matian menghadapi serangan dari sang lawan. Pasukan penjaga benteng Konstantinopel bergerak cepat memperbaiki dinding-dinding benteng yang rusak akibat terkena tembakan meriam Sultan. Di sisi lain, pasukan artileri terus-menerus menembakkan meriam mereka guna merapuhkan fisik benteng Konstantinopel agar bisa di terobos oleh pasukan infanteri Sultan. Di bawah derasnya hujan peluru meriam yang menghujani benteng, pasukan infanteri Sultan dengan gagah berani bergerak mendekat ke arah benteng tanpa takut mati.
                Tembakan peluru yang terus menerus dilontarkan meriam Sultan akhirnya membuahkan hasil; beberapa bagian benteng rusak dan puing-puing bahan bangunan dari benteng tersebut serta pecahan-pecahan peluru meriamnya berjatuhan sehingga memenuhi parit yang ada di bawahnya, hal ini membuat pasukan lawan bisa melintasinya dengan mudah. Melihat hal itu, pasukan Sultan segera bergerak merangsek masuk ke dalam benteng. Mereka memanjat tembok benteng dengan menggunakan tangga. Beberapa dari mereka bahkan sampai ke daerah yang ada di dalam benteng. Pergerakan pasukan Sultan ini langsung mendapat sambutan dari pasukan musuh yang menjaga benteng di atas. Pertempuran sengit terjadi di antara kedua belah pihak. Pasukan pemanah yang berada di atas benteng segera menghujani pasukan Sultan yang mencoba menerobos masuk dengan anak panah yang dilepaskan dari busur. Pertempuran mematikan ini berlangsung hingga malam hari dan akhirnya berhenti setelah Sultan Muhammad al-Fatih memutuskan untuk menarik mundur pasukannya.
                Di waktu yang sama, kapal-kapal perang Sultan berusaha menghancurkan rantai besi yang menghalangi pergerakan armada laut Sultan untuk bisa masuk ke Teluk. Namun kapal-kapal Bizantium dan Italia yang berada di belakang rantai tersebut tidak tinggal diam melihat upaya kapal-kapal Sultan. Mereka dengan mudah menembaki kapal-kapal Sultan yang umumnya berukuran lebih kecil dari kapal-kapal Bizantium dan Konstantinopel hingga membuat armada laut Sultan mundur dari pertempuran.
                Meskipun angkatan laut Sultan sudah mempersiapkan persenjataan secara matang, dan jumlah kapal-kapalnya cukup banyak, tetapi mereka kalah pengalaman dan wawasan militer dalam hal pertempuran di laut dibandingkan dengan tentara laut Bizantium dan Italia. Tentara laut Turki tidak mampu mengimbangi permainan tempur yang dimainkan pasukan musuh yang notabenenya lebih berpengalaman. Hingga akhirnya armada laut Turki mundur  dari pertempuran yang disambut sorak-sorai kegembiraan armada laut musuh karena keberhasilan mereka memukul mundur kapal-kapal perang Sultan.
                Keberhasilan pasukan darat dan laut Konstantinopel menahan gerakan lawan, membuat rakyat Konstantinopel gembira. Mereka semakin yakin bahwa tentara Daulah Utsmaniyyah tidak akan mampu menerobos pertahanan benteng. Raja Konstantinopel pergi ke gereja Santa Sofiya untuk mengucap puji dan syukurnya kepada tuhan, atas keberhasilan mereka menghadapi serangan Sultan Muhammad al-Fatih.
                Di sisi bumi yang lain, kegagalan pasukan Turki dalam beberapa pertempuran melawan pasukan Konstantinopel tidak membuat Sultan Muhammad al-Fatih gigit jari. Justru beliau semakin bersemangat untuk menggapai cita-citanya, yaitu menaklukkan Konstantinopel. Untuk itu beliau memutar keras otaknya; taktik dan strategi perang apa lagi yang harus digunakan untuk menyerang musuh.
6.       Kekalahan dalam pertempuran laut.

Tanggal 20 April, tentara laut Turki Utsmaniy dikejutkan dengan terlihatnya lima kapal asing yang berlayar menuju arah Konstantinopel. Belakangan diketahui empat dari kapal tersebut adalah kapal bantuan yang dikirim oleh Paus untuk membantu rekan-rekan kristen mereka di Konstantinopel, dan kapal kelima adalah milik Raja Konstantinopel sendiri, yang memuat barang-barang, pasukan, serta persenjataan.

Melihat hal itu, Sultan Muhammad segera memerintahkan panglima angkatan lautnya untuk menghancurkan kelima kapal tersebut. Jika tidak mampu, minimal armada laut Turki harus bisa mencegah mereka memasuki perairan yang dikuasai Konstantinopel. Sultan juga berpesan kepada panglima angkatan lautnya, “Kalau kau gagal, jangan kembali kepadaku dalam keadaan hidup!”.

Panglima armada laut Sultan segera memberi peringatan kepada kelima kapal asing tersebut agar mau menyerahkan diri, jika tidak, kapal-kapal Sultan akan menyerang mereka. Namun peringatan ini tidak digubris oleh kelima kapal tersebut. Pertempuran laut pun tidak terhindarkan lagi. Kelima kapal asing tersebut dibantu rekan-rekan mereka yang berada di belakang rantai besi di daerah teluk, terlibat baku tembak dengan kapal-kapal Turki Utsmaniy. Korban pun berjatuhan dari kedua belah pihak. Adapun arah angin pada permulaan pertempuran sangat menguntungkan pergerakan kelima kapal musuh sehingga mereka mampu membuat kerusakan pada kapal-kapal Turki Utsmaniy. Di tengah berkecamuknya pertempuran laut, arah angin mendadak berubah secara tiba-tiba, sehingga berbalik menguntungkan pergerakan kapal-kapal Sultan dalam menghadapi kelima kapal musuh. Pertempuran pun berjalan semakin keras dan mematikan. Meskipun dalam pertempuran laut ini kapal yang dimiliki Sultan Muhammad lebih banyak jumlahnya dibandingkan kapal yang dimiliki Bizantium, tetapi armada laut Turki Utsmaniy kalah dalam hal pengalaman dan taktik pertempuran laut dengan kapal-kapal Italia yang notabenenya lebih terlatih menghadapi pertempuran jenis ini. Selain itu, kapal-kapal milik Italia lebih unggul dalam ukuran dan kekuatan. Hal-hal inilah yang menyebabkan armada laut Sultan –meskipun mereka unggul dalam segi kuantitas- sangat kerepotan menghadapi mereka.

Di sisi bumi yang lain, penduduk Konstantinopel menyaksikan pertempuran ini dari jauh, sambil meneriakkan yel-yel penyemangat bagi armada laut Italia dan mengangkat bendera salib. Sultan Muhammad juga menyaksikannya pertempuran ini dari pinggir pantai yang beliau kuasai sambil berdebar-debar menanti hasilnya. Beliau melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kapal-kapal miliknya dibombardir meriam musuh dan diserang dengan menggunakan panah api. Pasukan lautnya tidak memiliki persiapan sehebat kapal-kapal musuh kecuali semangat jihad yang tinggi saja.

Tiba-tiba angin berhenti berhembus. Hal ini kemudian semakin menguntungkan posisi kapal-kapal Sultan dan membuat kelima kapal musuh tersebut mendadak berhenti bergerak. Tentara laut Turkiy Utsmaniy bersorak-sorai gembira melihat hal ini. Panglima armada laut pasukan Sultan tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Ia segera mengambil manuver untuk menyerang kelima kapal musuh tersebut. Pertempuran mematikan pun kembali terjadi di antara kedua belah pihak; kapal-kapal perang Sultan yang bertugas mencegah kapal bantuan musuh masuk ke Konstantinopel melawan kapal-kapal bala bantuan yang hendak memasuki teluk yang dikuasai oleh Konstantinopel. Armada laut Sultan berusaha membakar kapal musuh dengan serangan panah api, tetapi tentara musuh segera memadamkan daerah yang terkena tembakan dengan menyiramnya dengan air. Pasukan Turki bertekad akan menghabisi mereka sebelum mereka bisa sampai ke tujuan. Kapal-kapal Turki kemudian mendekat ke kapal musuh, lalu prajurit-prajurit laut Turkiy Utsmaniy melompat untuk memasuki kapal musuh dengan gagah berani tanpa takut mati. Tindakan berani tentara Sultan ini dibalas dengan tembakan-tembakan senjata ke arah mereka oleh pasukan musuh, maka korban-korban pun berjatuhan ke laut.

Matahari telah tenggelam ke permukaan bumi, dan malam mulai menyelimuti, namun pertempuran masih saja belum berhenti. Di tengah suasana pertempuran yang mencekam ini, angin mendadak bertiup kencang ke arah selatan. Kondisi ini lalu menguntungkan kapal-kapal musuh. Kelima kapal tersebut segera memanfaatkan kesempatan emas ini dengan mengembangkan seluruh layarnya. Maka kelima kapal ini bergerak meninggalkan kapal-kapal Sultan dan berlayar menuju arah teluk. Melihat hal ini, pasukan penjaga perbatasan segera menurunkan posisi rantai besi yang berada di teluk. Sehingga kelima kapal bantuan ini bisa melewatinya dan sampai dengan selamat di pelabuhan Konstantinopel. Pertempuran laut ini akhirnya berakhir dengan kekalahan di pihak armada laut Sultan. Bahkan sang panglima laut kapal-kapal Turkiy Utsmaniy, menderita cedera pada salah satu matanya ketika bertempur melawan kapal-kapal musuh.

Penduduk Konstatinopel bersorak-sorai gembira melihat keberhasilan tentara laut italia melawan pasukan Sultan di laut. Mereka berteriak bahwa Sultan dan pasukannya akan kalah, dan akan angkat kaki dari benteng. Lonceng-lonceng gereja dibunyikan, dan pesta-pesta diadakan sebagai tanda kegembiraan mereka, sambil melantunkan lagu-lagu rohani.

Di sisi bumi yang lain, meriam-meriam Sultan masih terus membombardir dinding-dinding benteng tanpa henti. Di waktu yang sama, Sultan Muhammad al-Fatih masih terus memikirkan strategi baru apa yang akan digunakannya, yang sekiranya tidak diperhitungkan sebelumnya oleh musuh. Sultan terus bermusyawarah bersama ahli strategi perangnya, hingga akhirnya Allah mengilhamkan kepadanya satu taktik perang baru yang belum pernah digunakan oleh seorang pun di dunia ini.

7.       Strategi yang mencengangkan musuh.

Sultan Muhammad berpikir keras bagaimana cara agar armada lautnya bisa memasuki teluk dan menguasai pelabuhan yang berada di bawah kekuasaan Konstantinopel. Jika hal itu bisa dilakukan, Konstantinopel akan semakin tertekan dan semangat mereka untuk mempertahankan benteng akan semakin keropos. Tetapi rencana itu terhalang oleh rantai besi yang berada di pintu teluk. Kapal-kapal Sultan sudah mencoba beberapa kali untuk menghancurkannya namun tidak berhasil. Dikarenakan penjagaan yang kuat dari pihak kapal perang musuh.

Setelah memutar otak berkali-kali, Sultan akhirnya menemukan sebuah strategi baru yang belum pernah digunakan seorang pun pakar perang sejak bumi ini berdiri. Sadar bahwa menyeberangi teluk sangat sulit. Sultan menemukan cara lain agar kapal-kapal perangnya bisa memasuki pelabuhan tanpa harus melewati teluk yang telah dirintangi rantai besi yang membuat angkatan laut Sultan tidak bisa melewatinya. Sultan Muhammad menerapkan sebuah rencana yang dikenang dalam sejarah. Beliau membuat jalan di atas daratan dengan menebangi pepohonan yang ada, dan menjadikan kayu-kayunya sebagai semacam rel kemudian diolesi dengan minyak agar licin. Selanjutnya kapal-kapal Sultan akan ditarik di atas jalan itu. Maka rantai penghalang yang diletakkan Konstantinopel di laut itu, tidak memiliki pengaruh lagi. Sehingga kapal-kapal Sultan bisa memasuki teluk dan menyerang pelabuhan Konstantinopel.

Setelah bermusyarah dengan pakar militer tentang rencana ini, mereka sepakat untuk segera melaksanakannya. Para prajurit Daulah Ustmaniyyah segera bergerak meratakan tanah yang berada di daratan dengan menebangi pohon-pohon yang masuk dalam rute jalan yang telah ditetapkan. Kemudian mereka menjadikan kayu-kayunya semacam papan yang berfungsi sebagai rel atau jalan. Lalu kayu-kayu tersebut dicat dengan minyak agar kapal-kapal bisa ditarik dengan mudah di atasnya. Proyek ini selesai dalam waktu satu malam. Segera setelah jalan ini jadi, kapal-kapal Sultan ditarik pada malam harinya dan diarahkan menuju perairan yang dikuasai oleh Konstantinopel. Tujuh puluh kapal laut Sultan akhirnya sukses dipindahkan ke daerah sasaran tanpa disadari lawan. Ketujuh puluh kapal ini segera menyerang kapal-kapal Bizantium yang berada di pelabuhan. Meriam-meriam kapal Sultan memuntahkan pelurunya, dan panah-panah api melesat menghujam kapal-kapal musuh tanpa ampun. Serangan mendadak yang tidak diduga sebelumnya oleh pihak armada laut Konstantinopel ini, membuahkan hasil; Kapal-kapal laut Konstantinopel mengalami kerusakan. Bahkan salah satu kapalnya tenggelam akibat terkena tembakan dari armada laut Sultan ini.

8.       Gemparnya penduduk Konstantinopel.

Pada pagi harinya, masyarakat Konstantinopel dikejutkan dengan suara takbir dan teriakan pasukan Turki yang menggema di angkasa. Suara teriakan ini berasal dari arah pelabuhan. Mereka segera menaiki benteng kota untuk melihat apa yang terjadi di luar sana. Dengan pandangan tidak percaya mereka melihat tujuh puluh kapal Sultan lengkap dengan pasukan beserta persenjataannya berada di perairan yang seharusnya tidak mungkin mereka masuki. Tidak seorang pun dari mereka percaya apa yang telah terjadi, tetapi fakta berkata lain. Maka teriakan ketakutan tersebar di seantero kota, “Konstantinopel akan jatuh! Sejak kapan kapal bisa melewati daratan!?”.

Penguasa Konstantinopel segera memanggil para pembesar militernya setelah mendapat laporan akan keberadaan kapal-kapal Sultan di pelabuhan. Mereka kemudian membahas jalan keluar dari masalah pelik ini. Akhirnya mereka sepakat untuk secepatnya menyingkirkan kapal-kapal Sultan yang berada di Pelabuhan. Maka berangkatlah kapal-kapal bantuan Bizantium dari pelabuhan Gholatoh dengan perintah untuk membinasakan kapal-kapal Daulah Utsmaniyyah yang berada di pelabuhan Konstantinopel. Namun belum kesampaian mereka menjalankan niatnya, tiba-tiba pasukan laut bizantium dikejutkan dengan suara tembakan meriam yang menggema di angkasa. Rupanya Sultan Muhammad telah menyiagakan pasukan darat beserta meriamnya tak jauh dari kapal-kapal mereka. Tanpa ampun peluru-peluru meriam Sultan segera membombardir kapal-kapal Bizantium yang sebelumnya disiapkan untuk membantu rekan-rekan mereka di Pelabuhan. Kerusakan parah di pihak kapal-kapal Bizantium tak terelakkan lagi. Mereka akhirnya gagal menjalankan misi mereka karena keburu mendapat serangan mematikan dari tentara-tentara Sultan.

Kesedihan kembali menyapa wajah pemimpin Konstantinopel dan rakyatnya. Rasa optimis yang sempat menghampiri mereka kini berubah menjadi kesedihan lagi. Terlebih setelah mengetahui bahwa armada laut mereka banyak yang berhasil dipukul balik oleh tentara Sultan, dada mereka semakin sesak. Ketidakjelasaan akan nasib di masa mendatang menghantui pikiran mereka.

9.       Jalannya pertempuran.

Sementara itu, pertempuran di darat antara tentara Daulah Utsmaniyyah melawan pasukan penjaga  benteng berlangsung sengit. Pasukan Islam telah beberapa kali mencoba memanjat benteng dengan gagah berani tanpa takut mati menggunakan tangga. Suara teriakan, “Allahu Akbar.. Allahu Akbar..” menggema di angkasa mengiringi langkah kaki mereka. Para syuhada’ berjatuhan karena perlawanan sengit dari pasukan Konstantinopel yang bertugas menjaga benteng dari gempuran musuh. Sultan Muhammad Tsaniy semakin memperketat pengepungan terhadap benteng. Beliau tidak memberi waktu sedikit pun kepada musuh untuk bisa menghirup nafas dengan tenang. Meriam-meriam Sultan terus menyalak dengan galak, tanda bahwa perang tidak akan berhenti sampai benar-benar Konstantinopel takluk atau menyerah. Pada tanggal 14 Mei, Sultan memindahkan beberapa meriamnya yang sebelumnya beliau letakkan di daerah Gholatoh, ke daerah yang berhadapan langsung dengan pintu Rumanus, untuk membantu memperbesar serangan meriam-meriam yang sebelumnya telah berada di situ. Hal ini kemudian semakin menambah tekanan yang dirasakan oleh Konstantinopel dan menjatuhkan rasa optimis mereka.

Belum sempat rakyat Konstantinopel tidur nyenyak dikarenakan hujan tembakan peluru meriam yang suaranya sangat menakutkan, di tambah kapal-kapal Sultan yang berhasil memasuki pelabuhan lewat jalur darat, mereka dibuat terkejut lagi oleh Strategi perang baru yang dimainkan oleh Sultan dan pasukannya. Pada tanggal 16 Mei, sebagian orang mendengar suara ketukan aneh di bawah tanah yang  mereka injak. Semakin lama suara itu semakin mendekat. Hingga akhirnya berita ini sampai ke telinga Raja Konstantinopel dan para pembesarnya. Setelah diteliti oleh para insyinyur Konstantinopel, mereka menyimpulkan bahwa suara itu berasal dari pasukan Turki yang memasuki benteng kota melalui bawah tanah. Rupanya pasukan Sultan menggali terowongan bawah tanah dari luar benteng menuju arah mereka. Pembesar militer Konstantinopel segera membalas aksi itu dengan membuat jebakan untuk pasukan Islam. Mereka membuat di jalur yang sekiranya akan dilintasi oleh pasukan Islam lubang-lubang jebakan yang berisi gas dan material panas lainnya. Sehingga jika pasukan Islam menyentuh titik itu, mereka akan terbakar atau tercekik pernafasannya karena bau menyengat yang ditimbulkannya. Dan terbukti cara ini cukup efektif untuk melawan strategi penggalian terowongan bawah tanah yang diterapkan pasukan Sultan.

Meskipun demikian, Prajurit-prajurit Sultan tidak patah semangat apalagi sampai menyerah. Mereka terus mencoba memasuki dalam kota dengan cara ini walaupun kematian bisa saja menghantui setiap saat. Di pihak lain, penduduk Konstantinopel semakin ketakukan setelah mengetahui bahwa pasukan Islam berusaha memasuki kota dengan cara ini. Rasa takut dan cemas selalu menghantui pikiran mereka setiap saat. Sampai-sampai mereka merasa ketakutan jika mendengar suara langkah kaki mereka sendiri dan mengiranya itu adalah suara galian pasukan Islam yang berada di bawah kaki mereka. Tergambar di benak mereka, jika suatu saat akan keluar banyak pasukan Daulah Utsmaniyyah dan memenuhi kota. Masyarakat Konstantinopel betul-betul dilanda rasa ketakutan yang luar biasa. Mereka jadi suka menoleh ke kanan dan ke kiri. Dan terkadang mereka berteriak sambil menunjuk ke arah tertentu sambil berkata, “Ada pasukan Turki di-sini..  Ada pasukan Turki di-sini..”. Kesemua itu menggambarkan rasa takut yang mereka alami saat itu.

Di sisi bumi yang lain, Sultan terus memikirkan taktik pertempuran baru. Kapal yang berjalan di atas daratan dan gerakan terowongan bawah tanah yang sudah membuat hati penduduk Konstantinopel terhimpit keras, belum membuat beliau puas sampai akhirnya Konstantinopel benar-benar takluk di tangan tentara Islam. Untuk itu beliau perlu menerapkan strategi pertempuran baru yang dapat membuat kaget pihak musuh sehingga tidak siap menghadapinya. Maka pada tanggal 21 Mei, orang-orang Konstantinopel dibuat kaget bukan kepalang lagi oleh permainan baru Sultan Muhammad. Mereka melihat bangunan seperti menara yang berfungsi sebagai benteng berjalan dan dapat bergerak ke arah yang diinginkan pasukan Turki. Tinggi menara ini melebihi tinggi tembok benteng. Menara ini terdiri dari tiga tingkatan dan dilapisi dengan kulit yang tebal yang telah dibasahi dengan air, sehingga panah dan api tidak dapat berpengaruh atasnya. Setiap tingkatannya terdapat pasukan lengkap dengan persenjataannya. Di tingkatan yang paling bawah, pasukan Turki membawa tanah, batu, dan kayu untuk memenuhi parit agar bisa dilalui. Di atasnya telah disiapkan tali yang ujungnya memiliki pengait. Sehingga jika dilemparkan ke tembok benteng, talinya bisa terkait di dinding dan pasukan Turki bisa merayap menuju benteng di atas tali tersebut. Di benteng berjalan ini juga terdapat pasukan lengkap dengan panah-panahnya untuk menyerang pasukan musuh yang menjaga benteng.  Bangunan yang menyerupai benteng berjalan ini benar-benar sarana militer pelindung untuk membawa pasukan sekaligus menyerang penjaga benteng.

Menara berjalan ini beraksi di depan pintu Rumanus yang dijaga oleh salah satu pembesar militer Konstantinopel. Rupanya ia sudah tidak kewalahan memperbaiki banyaknya dinding-dinding benteng yang hancur akibat terkena tembakan meriam-meriam Sultan. Disisi lain, pasukan Turki juga sudah berkali-kali mencoba memasuki benteng dengan tangga-tangga yang sudah disiapkan sebelumnya. Menara berjalan juga digunakan dalam pertempuran ini.

Sementara itu, pasukan artileri Daulah Utsmaniyyah terus menembakkan meriamnya ke arah benteng tanpa henti. Mereka berkonsentrasi membombardir tiga titik benteng, yaitu: pintu Adrenah, Pintu Rumanus, dan pintu Askari. Menghadapi hal itu, penduduk Konstantinopel hanya bisa tutup telinga karena kerasnya suara dentuman peluru meriam yang mengguncang benteng terus-menerus.

10.   Saat-saat terakhir menuju kejatuhan Konstantinopel.

Tujuh minggu telah berlalu sejak dimulainya pengepungan Konstantinopel oleh pasukan Daulah Utsmaniyyah yang dipimpin oleh Sultan Muhammad II. Hasilnya, beberapa bagian benteng dan menaranya hancur akibat terkena serangan terus-menerus. Parit yang mengitari benteng juga telah terpenuhi dengan berbagai macam benda yang membuatnya dapat dilintasi. Kondisi ini membuat Sultan memiliki beberapa titik strategis untuk dilakukan penyerbuan besar-besaran ke arah benteng. Terutama di daerah pintu Rumanus. Daerah ini benar-benar rusak berat akibat tembakan dari meriam-meriam Sultan yang sebelumnya dikonsentrasikan ke titik ini.

Setelah Sultan mengetahui benar kondisi benteng yang telah rusak berat, dan kondisi penduduknya yang mengalami rasa takut yang luar biasa. Beliau mengirimkan seorang utusannya untuk menyampaikan pesan kepada raja Konstantinopel untuk menyerah dengan baik-baik, sebelum kehancuran yang lebih besar terjadi. Sultan juga berjanji bahwa pasukannya tidak akan menyakiti seorang pun penduduknya jika raja Konstantinopel menyerahkan kota dengan baik-baik.

Raja Konstantinopel segera mengadakan rapat mendadak untuk membahas tawaran dari Sultan Muhammad Tsaniy. Beberapa anggota yang hadir menyarankan agar raja menerima tawaran dari Sultan Muhammad, mengingat kondisi Konstantinopel yang sudah porak-poranda dan posisi Sultan yang kini berada di atas angin. Tetapi beberapa pembesar militer raja menolak mentah-mentah tawaran ini. Mereka bertekad akan melanjutkan peperangan apapun hasilnya nanti. Akhirnya raja mengambil pendapat para pembesar militernya dan menolak tawaran menyerah yang ditawarkan Sultan. Ketika Sultan mengetahui hal itu, beliau berkata, “Baiklah, dalam waktu dekat ini, (hanya ada dua kemungkinan) aku akan memiliki singgasana di Konstantinopel atau kuburanku berada di sana”.

Sultan memerintahkan pasukan artilerinya untuk semakin meningkatkan aktifitas tembakan meriam ke beberapa arah tertentu yang menjadi titik lemah benteng. Di waktu yang sama, para insyinyur Turki telah menyelesaikan penggarapan meriam baru yang memiliki jarak jangkau tembakan yang lebih jauh lagi. Meriam ini sukses melontarkan pelurunya memasuki daerah kota dan merusak beberapa tempat di dalamnya, sehingga ketakutan para penduduknya semakin menjadi-jadi.

Sultan Muhammad mengadakan rapat khusus di kemah tempat beliau tinggal yang dihadiri oleh para pembesar militernya, menteri-menteri, dan para Ulama’, untuk membahas tindakan apa yang selanjutnya akan dilakukan. Akhirnya, hasil rapat itu memutuskan untuk secepatnya melakukan serangan besar-besaran ke arah benteng. Pada tanggal 27 Mei, Sultan memerintahkan pasukannya untuk berpuasa, dengan tujuan untuk mensucikan jiwa mereka.  Sultan juga berwasiat agar pasukannya memperbanyak doa dan mengingat Allah subhanahu wa ta'ala.Sultan juga melakukan kunjungan mendadak ke barak-barak pasukannya, untuk menyemangati dan membangkitkan semangat jihad mereka.

Sore hari tanggal 27 Mei, pasukan Turki menyalakan obor-obor di sekitar markas mereka tinggal. Cahaya terang pun berkilauan memenuhi langit sore itu. Suara takbir pasukan Turki juga terdengar bergemuruh dari markas mereka. Pada malam harinya, cahaya itu dipadamkan. Sultan mengitari tembok benteng untuk kesekian kalinya sebelum melancarkan serangan pamungkas untuk menjebol benteng. Di sisi bumi yang lain, raja Konstantinopel merasa bahwa kota sebentar lagi akan jatuh ke tangan Sultan Muhammad Tsaniy, dan bahwa kejatuhannya hanya tinggal menunggu waktu saja.

11.               Serangan akhir.

Tepat jam satu dini hari tanggal 29 Mei, Serangan penghabisan dimulai. Penduduk Konstantinopel dikejutkan dengan suara teriakan keras yang berasal dari markas-markas pasukan Turki. Gemuruh suaranya membuat bulu kuduk penduduk Konstantinopel berdiri. Banyak dari mereka yang melarikan diri ke gereja-gereja. Pasukan Turki kemudian menyerbu benteng dari darat dan laut.  Mereka bergerak bak air bah yang mengalir deras dan siap menghancurkan setiap tempat yang dilaluinya. Pekikan suara takbir “Allahu Akbar, Allahu Akbar!” terus membahana di angkasa seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Para mujahidin bergerak menyerbu benteng tanpa takut mati.

Pasukan Konstantinopel benar-benar menghadapi serangan dahsyat yang belum mereka alami sebelumnya. Meriam-meriam Sultan menyalak dan menembakkan amunisinya ke arah Konstantinopel. Ratusan tangga merapat di dinding-dinding benteng, kemudian pasukan Turki dengan gagah berani menaikinya untuk memasuki benteng. Hal ini langsung mendapatkan perlawanan sengit dari pasukan penjaga. Pertempuran terus berjalan. Dua jam kemudian, Sultan memerintahkan pasukannya yang menyerang titik ini untuk mundur. Melihat hal itu, pasukan Konstantinopel mengira bahwa Sultan dan pasukannya telah menyerah dan mengundurkan diri dari peperangan. Tetapi, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan gelombang serangan kedua yang datang menyerang mereka. Serangan kedua ini lebih keras dan mematikan dari gelombang serangan pertama.

Mentari pagi perlahan menampakkan dirinya di langit. Namun pertempuran masih berlangsung dengan sengit. Pasukan Turki lengkap dengan baju perang mereka masih berusaha menaiki benteng dengan ratusan tangga. Gerakan ini mendapat sambutan hujan panah dan peluru dari pihak lawan yang menjaga benteng. Banyak dari mereka gugur sebagai syahid di pertempuran ini. Tetapi hal itu tidak membuat semangat mereka turun, malah semakin membakar semangat mereka untuk terus maju dan menyerang benteng dengan keras. Kemudian Sultan memerintahkan pasukannya untuk mundur. Beliau lalu memerintahkan pasukan artilerinya untuk menaruh meriam-meriamnya dari jarak yang dekat dari benteng dan melancarkan serangannya. Kabut asap tebal karena pecahan-pecahan dinding yang terkena peluru meriam segera mengepul memenuhi angkasa. Di situ pasukan infanteri Turki kembali maju untuk kesekian kalinya menyerbu benteng.

Di laut, pertempuran juga berlangsung panas dan mematikan. Armada laut Sultan terlibat baku  tembak dengan pasukan yang menjaga di sisi benteng yang menghadap perairan. Pasukan penjaga benteng menembaki kapal-kapal Sultan dengan meriam. Meskipun begitu, sekelompok pasukan laut Turki mencoba menerobos benteng dengan menggunakan tali dan tangga. Pasukan Konstantinopel menjawab tindakan pasukan Turki tersebut dengan menembakinya dan menuangkan minyak yang telah dididihkan ke arah mereka.

Di sisi utara, pasukan Turki berhasil menerobos masuk benteng dan membunuh komandan pasukan musuh yang bertugas di sisi itu. Hal ini membuat anak buahnya yakni prajurit-prajurit  yang sebelumnya bertugas menjaga daerah itu bersamanya, lari ketakutan, begitu mengetahui komandannya tewas terbunuh. Kondisi ini menyebabkan benteng Konstantinopel di sisi ini tidak memliki penjagaan lagi karena telah ditinggal pergi oleh penjaganya. Pasukan Turki segera menyerbu kota melalui sisi ini. Sultan Muhammad al-Fatih kemudian menurunkan pasukan pemukul utamanya unruk bergerak menyerang benteng. Sebelumnya pasukan ini belum mengikuti suatu pertempuran apapun, karena itu kondisi badan mereka sangatlah fit. Ini juga termasuk salah satu strategi Sultan. Pasukan ini segera membantu peran pasukan pemukul sebelumnya yang banyak terkuras tenaga dan terluka anggota badannya. Mereka maju dengan pekikan takbir yang menggema di angkasa. Mereka memasuki benteng dan terlibat pertempuran dengan pasukan musuh yang menjaganya. Di sisi bumi yang lain, sebagian pasukan utama berhasil memasuki kota dan menyingkirkan bendera Konstantinopel, kemudian mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah, tanda bahwa pasukan pengepung berhasil menguasai kota.

Raja Konstantinopel segera pergi ke arah utara begitu ia melihat bendera-bendera Daulah Utsmaniyyah berkibar di dalam kotanya; entah karena ia ingin berperang hingga titik darah penghabisian atau melarikan diri. Tetapi belum sempat ia bergerak lebih jauh lagi, pasukan Turki yang memasuki kota bak air bah segera menghadangnya. Ia kemudian turun dari kuda dan mencabut pedangnya, lalu ia terlibat duel dengan pasukan Turki.  Dalam perkelahian itu, salah satu pasukan Turki sukses mendaratkan tebasan pedangnya ke arah tubuhnya. Hal ini mengakibatkannya jatuh tersungkur ke tanah dan meregang nyawa. Adapun pertempuran laut, berlangsung seperti sebelum-sebelumnya. Pasukan laut Turki juga belum mampu menerobos penjagaan yang ketat dari pihak musuh. Tetapi, begitu tentara Konstantinopel melihat dengan jelas bendera-bendera Daulah Utsmaniyyah telah berkibar dengan gagah di atas menara-menara benteng, mereka lari ketakutan dan meninggalkan pos jaganya masing-masing.

Akhirnya, setelah pengepungan yang berlangsung selama lima puluh hari lebih, kota Konstantinopel yang dikenal dunia karena memiliki benteng penjagaan yang kuat, takluk di tangan seorang pemuda yang baru berumur dua puluh tiga tahun yang bernama Sultan Muhammad II, Sultan ketujuh Daulah Utsmaniyyah. Setelah delapan abad lamanya, ia berhasil mewujudkan cita-cita kaum muslimin untuk menaklukkan salah satu benteng terkuat di dunia saat itu. Pemuda saleh itu berhasil memainkan strategi-strategi perang yang memukau untuk melawan musuh. Di samping rasa tawakkalnya yang tinggi kepada Allah, ia selalu terngiang-ngiang akan sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,“Konstantinopel pasti akan ditaklukkan. Rajanya adalah sebaik-baik raja dan tentaranya adalah sebaik-baik tentara”.

Semenjak kejayaannya menaklukkan Konstantinopel, umat muslim di seluruh dunia memberinya gelar kehormatan: Al-Fatih, atau sang penakluk. Maka sejak itu namanya selalu disebut sebagai; Sultan Muhammad Al Fatih.

Demikianlah setetes tinta dari kisah menakjubkan Sultan Muhammad II Al Fatih dan pasukannya. Semoga di era yang akan datang akan bermunculan orang-orang seperti mereka, yang berjuang di jalan Allah atas asas ilmu dan takwa. Dan bukan berjuang di atas kebodohan atau mengandalkan kekuatan mistik.

Wa Shallaallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa sallam.



Daftar Pustaka
1.       Dr. Abdussalam Abdul Aziz Fahmi, Sulton Muhammad al Fatih
2.       Ibnu Taymiyyah, Dalail Nubuwwah
3.       www.wikipedia.com


1 comment: